Sabtu, 29 Maret 2014

Tugas BI 1

PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Jadi ,menurut saya penalaran itu bisa di artikan mengerti apa maksud yang akan di berikan atau di sampaikan oleh orang lain, dan memberikan respon yang sesuai dengan apa yang di bahas.
Wujud Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Cara menguji data
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu di adakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehungga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini bebebrapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.      Observasi
2.      Kesaksian
3.      Autoritas
Contoh : saat melakukan penelitian tentang suatu perusahaan dengan terjun ke lapangan atau observasi dan memdapatkan data langsung dari sumber yang terpercaya.
Cara pengujian fakta
            Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,maka harus di adakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkatpertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta,sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yakni dari semua fakta tersebut dapat di gunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan di ambil.
1.      Konsisten
2.      Koherensi
Contoh : ketika seseorang mengaku bertemu dengan monster atau makhluk luar angkasa akan sangat sulis sekali untuk dipercaya sebagai suatu fakta. Sebaliknya apabila ada informasi seperti ini "Terjadi pembunuhan di kebun teh kemarin malam" informasi ini tentu bisa lebih diterima. Oleh karena itu ada baiknya jika ingin menyampaikan suatu fakta disertai oleh contoh nyata pengalaman yang dialami masyarakat umum.

Cara menguji autoritas
Seorang penulis objektif selalu menghindari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua,penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitin atau data eksperimental.
1.       Tidak mengandung prasangka
2.      Pengalaman dan pendidikan autoritas
3.      Kemashuran dan prestise
4.      Koherasi dengan kemajuan.
Contoh : mendapatkan data penelitian dengan bertanya langsung ke sumbernya,bukan melalui perantara.
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum             : Premis Mayor (My)
Premis khusus             : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan          : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

 Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. 
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Jenis-jenis berfikir induktif
induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.

Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.

Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.

Sumber :
http//Wikipedia.com
http://irnawatiindah.blogspot.com/2013/03/penalaran-evidensi-inferensi.html
(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar